KEPALA CABANG BANK SYARIAH ITU BERKALI-KALI MENCARI SAYA..
Yang pertama gagal...
Yang kedua gagal lagi...
Yang ketiga tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumah saya, dan saya tak berkutik.. Hehe padahal bukan mau nagih utang lho!
Namanya pak Iyan Rachmat , bankir senior yang sudah mengabdi 30 tahun di bank swasta terbesar di negeri ini. Jabatan terakhirnya sebagai kepala kantor cabang di Solo, gaji puluhan juta sudah biasa jadi haknya. Usai pensiun beliau ditawari menjadi karyawan kontrak selama dua tahun, menjadi pimpinan cabang Bank Syariah anak perusahaan dari bank induk itu.
Kami langsung berbincang akrab, saya jadi segan ketika beliau yang lebih tua malah datang bermaksud belajar bisnis. Lho kok? Bukan soal akad bank syariah ini.. Bukaaan! Hehe..
Ternyata beliau sudah jadi pensiunpreneur sekarang, punya 3 cabang usaha kulinernya.
Tapi teteeep saya tanya-tanya tentang tugas beliau di bank syariah itu.
"Wah mas, di Bank Syariah saya harus belajar lagi tentang akad-akadnya, karena beda dengan konvensional yang puluhan tahun saya geluti. Bahkan di bank syariah saya diwajibkan bertanya kepada nasabah misal ada yang menabung dengan jumlah yang besar, darimana sumbernya.."
Saya melanjutkan sedikit, tentang beberapa kondisi bank syariah di Indonesia yang mendapat masukan dari pada ahli fiqih muamalah agar benar-benar syar'i, misal: harusnya akad murabahah bank syariah benar-benar membeli rumah atau kendaraan, baru dijual kredit kepada nasabah. Tapi akad itu gak mungkin bisa karena aturan BI tidak mengijinkan bank masuk sektor riil.
Ada juga masukan, kenapa akad mudarobah margin bagi hasilnya sudah ditentukan di depan, misal 13% per tahun. Dan kenapa nilai margin ditentukan dari nilai uang yang dicairkan bank, harusnya kan dari prosentase keuntungan, bank juga harus siap untung dan siap rugi, tanpa denda dan sita..
Obrolan kami selanjutnya lebih ke bisnis baliau, menarik untuk seorang pensiunan begitu semangat buka bisnis kuliner..
"Mas Saptu, saya punya resep enak jualan bebek dari saudara saya, dia tinggal di Tangerang jualan pakai gerobak saja omzetnya bisa 7 juta/hari. Naaah resep dari saudara saya itu saya bawa ke Jogja, saya bikin Warung Bebek Galak, Alhamdulillah sudah ada 3 cabang mas di Jalan Taman Siswa, di Foodcourt Hartono Mall dan di Rejodani. Kadang kalo habis dari kantor saya masih suka ikut melayani di warung saya, wiss gak malu lah dengan jabatan. Tahun depan saya harus full meninggalkan dunia perbank-kan dan jadi full entepreneur!"
Muaaantab pak Iyan! Mental blok memang jadi penghalang orang yang dulu kerja kantoran terus jadi pengusaha, maluu.. Malass.. Gak siap jadi karyawan di usahanya sendiri, pengennya langsung ngeboss-i, ya susah lah.. Hehe
"Saya pengen punya cabang yang banyak mas, tapi sistemnya yang susah ya.. Kalo soal rasa saya jamin deh, beberapa liputan di warung saya semua bilang enak, empuk dan direkomendasikan.."
Saya lebih menyarankan beliau untuk fokus di 3 cabang ini dulu, perkuat sistemnya, cari orang yang tepat untuk mengelola operasional harian, jika sudah berjalan maksimal, pelayanan sudah bagus, profit juga sudah naik, baru deh mikirin buka cabang. Gak usah buru-buru, karena setiap cabang baru butuh energi baru, modal yang tidak sedikit, harus disiapkan dengan matang, bukan hanya kejar setoran..
Ketika menjelang pulang saya berikan beliau buku 'Berani Jadi Taubaters' dengan banyak kisah nyata para bankir yang pindah haluan jadi pengusaha. Langsung nyambung lagi soal utang. Saya bercerita masa lalu saya berbisnis dengan utang yang malah bikin usaha tersendat. Banyak cobaan dan halangannya sampai saya memutuskan hijrah dan menjual aset utangan yang saya miliki agar terbebas dari semua utang, dan jawaban beliau mengejutkan..
"Waaah sama mas! Saya ini orang bank, pimpinan cabang, tapi ternyata saya juga tidak nyaman dengan utang bank. Gaji saya tiap bulan juga kepotong... Aduh! Saya juga dalam proses menjual property mas, ada dua biar semua utang saya lunas semua yang ada di bank. Tahun depan saya lepas tugas sudah gak punya utang apapun.."
Lho! Hahahaha! Saya kira kalo kerja di bank malah pro utang..
Usai pamit ternyata beliau mampir ke warung tengkleng saya, sebagai sama-sama pemilik usaha kuliner saya harus 'balas dendam', seminggu kemudian saya mencoba warung bebek galaknya! Empuuuk.. Pedass... Maknyos! Kikil mercon dan lidahnya juga rekomen. Sengaja saya datang diam-diam biar gak ditraktir beliau hehe... Kalo ditraktir penilaian bisa gak orisinil, kan kalo gratisan biasanya semua enaaaak!
Pak Iyan Rachmad jadi satu contoh, pensiun bukan akhir segalanya.. Ketakutan 'post power sindrom' tidak perlu ada.
Usia 50 tahunan tidak ada kata terlambat punya usaha sendiri. Colonel Sanders pun memulai KFC di usia 60an tahun, dan sukses besar di usia 80 tahun, sampai meninggal di usia 90 tahun..
Ketika usia bukan lagi ukuran..
Di dunia ini semua bergerak,
diam berarti mati
berhenti pasti terlindas!
Bagaimana dengan dirimu kawan?
@Saptuari
🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞
Membaca tulisan kang Saptuari diatas ☝
Memberikan pembelajaran baru tuk saya
Bahwa diusia yang tak lagi muda sekalipun
Tak menjadi penghalang seseorang tuk memulai usaha
dan meraih kesuksesan
Lawanlah ketakutan
Seperti yang dilakukan oleh pak Iyan Rachmad
Pensiun tak menjadikan akhir segalanya
Tak ada kata terlambat tuk mempunyai usaha sendiri
Terus bergerak
Menggapai mimpi dengan action sesegera mungkin
Jangan tunggu nanti
Jika ingin memulai usaha
Jangan terlalu banyak tapi
Jika ingin berhasil
Salam sukses guys
Sssttt... Boleh japri saya di WA 082283764227 untuk pemesanan buku berani jadi taubaters dan kembali ke titik nol karya kang Saptuari, ada juga buku bisnis lainnya.
Big hug,
-Uly-
Komentar
Posting Komentar